Skutik dari Yamaha ini apa bedanya dengan seri Mio sebelumnya? Secara desain hampir tidak ada yang baru dari Xeon RC jika dilihat dari depan lekukan bodi mirip dengan Mio Soul, cuma ini lebih terlihat lebih maskulin dengan menyandang nama Racing Champion yang memiliki sudut-sudut yang lancip.
Dilihat dari samping makin terlihat jelas sisi balap dengan dua warna dan stripping yang ramai seperti sponsor motor balap, yang buat saya pribadi kurang suka. Dilanjutkan dengan tampilan belakang lampu belakang dua garis mengingatkan saya dengan motor Pulsar yang sudah menjadi identitas mereka, jadi terkesan nyontek, haha...
Tidak berhenti merombak sisi tampilan, Secara fungsionalitas juga bertambah, seperti dasbor yang bisa diisi botol minum sebelah kiri, dan sisi kanan terlalu sempit untuk menaruh barang, mungkin uang receh untuk parkir. Magnetic lock untuk keamanan, juga switch stand. Kemudian jok yang lebih besar namun hanya muat helm open-face ukuran M, yang saya cobakan helm KYT Galaxy slide, dan agak dipaksa sedikit.
Sekiranya seperti gambar berikut posisi berkendara saya, dengan tinggi badan 165cm, terasa pas, kedua kaki dapat menapak dengan sempurna di atas aspal. Saya rasa tidak jauh berbeda dengan seri Mio sebelumnya. Namun untuk pemboncengn meski jok belakang yang sempit sedikit, tapi posisi kaki ini lebih nyaman dari pada Mio fino, Aerox, Nmax yang tergolong lebar atau ngangkang. Joknya empuk seperti mio series sebelumnya.
Yamaha memberi spek lebih dari sisi performa. CVT ukuran lebih besar, diberikan radiator sebagai thermal control yang mana keluhan seri Mio itu mesinnya panas, sistem fuel injeksi, menggunakan piston forged, dan silinder diasil. Dengan spek tersebut motor ini enak untuk diajak akselerasi, dan selap selip di area perkotaan, karena memang akselerasinya itu enteng. Mulai dari 0-60km/h cukup mudah untuk mesin meraihnya. Jelas seperti apa yang diiklankan. Sayangnya setelah motor mencapai 80km/h untuk naik ke atasnya mulai melambat. Sehingga jika dipakai di jalan arus cepat, untuk menyalip kendaraan dari kecepatan 60/kmh agak kewalahan. Ya... kembali lagi karena ini motor untuk area perkotaan (komuter).
BACA: Spek Xeon RC
Hal tersebut juga didukung dengan suspensi depan yang nurut untuk bermanuver. Perlu diketahui bahwa shockbreaker bawaan yang belakang ini banyak orang keluhkan karena keras, jika dibandingkan dengan produk Honda. Tapi itu adalah setelan terbaik dari Yamaha, sebab ini yang menjadikannya stabil saat bermanuver, dan juga membuat motor ini irit BBM. Soal suspensi saya setuju, karena tahu cara pakainya, haha... Belum selesai, setelan ban motor ini tidak berubah dari Mio series, dan itu yang membuat handling mudah dan enteng. Didukung dengan rem bawaan cakram depan dan tromol belakang yang sudah cukup untuk menghentikan motor ini meski melaju dikecepatan 80km/h.
BACA: Oli untuk Xeon RC
Lalu berapa konsumsi BBM untuk motor ini? Pernah tercatat menggunaan pertalite di tahun 2017-2019, saya mendapatkan 50km/l dengan kecepatan 50km/l, dengan kondisi standar, mesin sehat. Sehingga sudah tidak ada lagi alasan seri Mio itu boros, tapi ya memang dulunya cuma sampai 35-40km/l, ada peningkatan lah.. Tapi anehnya jika jalan pelan malah mendapatkan 40-45km/l. Kompresi mesin hampir 11, dari BBM yang pernah saya coba, performa terbaik tetap pada premium, imbang antara performa dan konsumsi. Sedangkan Pertalite paling buruk, tenaga seperti tertahan. Lalu Pertamax terbaik dari tenaga lebih keluar dengan konsumsi yang sama seperti di atas. Sialnya, tangkinya kecil yang dikorbankan untuk bagasi. Hanya muat 3,5L bensin, sehingga jika kondisi full tank bisa tempuh jarak 175km.
BACA: Daftar Penyakit Xeon RC